Tak
bisakah ia kumiliki barang semenit pun ?
Gadis pirang itu menautkan seluruh jemari lentiknya pada
celah jari tangan seorang lelaki disampingnya . Sebuah senyum melengkung kaku
hingga ia pun merasakan bagaimana sesuatu dalam dirinya tengah berhenti
berdetak . Langit senja menampilkan sejuta pesona , sejuta perih dan kenang
yang bertahun tahun mereka ukir . Berada dalam satu posisi yang tak mungkin
untuk mereka pungkiri lagi . Sekuat apapun kau meronta , takdir tak kan bisa
merubah bagaimana Tuhan menciptakan alur ini .
Ausen meraih satu kotak berwarna merah hati polos dengan
hiasan berbentuk bintang yang ia sematkan diujung dari dalam tas , pelan –
pelan ia berhenti untuk memandangnya , sejenak sebelum ia serahkan pada lelaki
itu . Gary—seorang pianis muda , berparas rupawan itu menoleh , Ausen segera
menyodorkan kotak tersebut . Hatinya tak keruan ketika Gary mulai bertanya ,
membuka kotak itu kemudian tersenyum lembut padanya . Ia sungguh merasa gadis
yang beruntung bisa berada disamping Gary .
“ Kau tau , aku sedikit takut Gar.” Tutur Ausen
“ Untuk apa ?” Satu alisnya terangkat
“ Aku terlalu bodoh ataukah kau akan berpikir lain , kita
berteman telah 10 tahun lamanya dan aku sama sekali belum pernah memberimu
sebuah kado ”
Gary terkekeh sebentar “ Kau itu bodoh , Sen.”
“ Ya kau memang jahat , selalu mengataiku bod—”
“ Kau memang bodoh.” Potongnya cepat “ Bahkan ketika
dihari ulang tahunku , kaupun tak pernah memberiku sebuah kado.”
“ Maaf .”
Gary segera membalikan badan , berdiri dengan cepat
sambil mengulurkan tangannya menghadap langit senja “ Jadi setelah ini apa ?”
Untuk beberapa saat , Ausen merasa ia telah kalah telak .
Gary selalu dapat menebak isi pikirannya . Dua hari yang lalu , ia masih
terbaring lemah dalam rengkuhan kasur rumah sakit , kini ketika ia sadar ,
bahkan iapun masih tak berani untuk mengucapkan segalanya—semua tentang isi
hati selama ini . Kau tau , persahabatan
wanita dan pria ? tak akan berujung bahagia . Rengkuhan tubuh lelaki
berpostur tinggi itu masih ia kenang , sebaik mungkin tak akan hilang . Segores
senyum manisnya , bagaikan candu yang tak akan terobati , apapun . Kecup kening
tiap pagi itu , yang selalu membuatnya semakin sakit itu , tak kan pernah
menghentikan rasa dalam hatinya . Ausen menghela nafas kecil , berdampak pada
tatapan mengintrogasi sang lelaki .
“ Apa kau memikirkan sesuatu ? ” tanya Gary cepat
Ausen menatapnya kalut “ Pernahkah kau memikirkanku?”
matanya membulat
“ Apa? ”
Ausen menunduk cepat , kemudian menggeleng “ Tidak
lupakanla—”
“ Aku dengar,” sahut Gary , ia mendekat “ Tak pernahkah
kau tau bahwa aku selalu memikirkanmu ,huh? ”
Ausen terkejut “ Ak—”
“ Kau kan tau bagaimana khawatirnya aku ketika
mengetahuimu jatuh pingsan didalam mobil , bagaimana reaksiku melihatmu
ditampar oleh ayahmu , bagaimana aku selalu menjadi yang pertama hadir ketika
kau sedih , tak pernah ternilaikah untukmu Sen? ”
Ausen hanya terdiam , ia meneguk salivanya kasar “ Terima
kasih ” ucapnya singkat
“ Lalu kenapa kau tetap bertanya ? ”
Dengan ragu
gadis berambut pirang itu menegakkan kepalanya , menatap penuh ketegaran pada
lelaki tinggi dihadapannya “ Aku hanya ingin, tau Gar.”
Lelaki itu mengacak ujung kepala Ausen singkat sembari
tertawa renyah , memperlihatkan deretan gigi rapi yang membuat hatinya semakin
lenyap “ Baiklah ini saatnya, telfon aku jika kau telah masuk kedalam bis.”
Ausen mengdongak kembali “ Tak mengganggumu kah ? ”
Gary tersenyum meremehkan “ Kau tau bagaimana dia kan”
“ Aku akan membenahi kemejamu dulu , mendekatlah ” Ausen
menepuk – nepuk permukaan kemeja biru kotak – kotak Gary , membenahi lipatan
demi lipatan sehingga membuat khasirmanya semakin muncul “ Rambutmu berantakan
” ucap Ausen
“ Benarkah ? ” Ia mengacak rambutnya , berusaha menata
“ Kemari , memendeklah , kau itu terlalu tinggi bodoh! ”
“ Kau saja yang tak bisa tumbuh. ” protes Gary ketika
Ausen membenahi tatanan rambutnya
“ Selesai ” Ausen hanya tersenyum
“ Baik , saatnya aku pergi, ” Chu~ “ Telfon aku jika kau telah masuk bus, okay?” teriak Gary .
Lelaki itu berlari cepat
, membelah angin senja ditaman , meninggalkan Ausen yang membeku senang dengan
hati hancur sendirian usai mendaratkan
satu kecup manis dipipi kanan gadis itu . Masih dapat ia lihat , punggung tegap
, tangan kekar yang melambai padanya , semakin jauh hingga akhirnya menghilang
dibalik pohon taman . Gemercik suara air sungai terdengar , tak seirama dengan
detak jantung Ausen . Gadis itu merapatkan kedua bibir , menghela nafas pendek
diikuti sebulir tetes air mata yang jatuh . Ia pun semakin sadar , lelaki itu
tak akan ia miliki , bayangnya pun hanya dapat ia pandangi . Rose gadis penuh
kebahagiaan , gadis terberuntung yang pernah Ausen temui , cantik dan
bertalenta , semua orang melihatnya , semua orang memujinya , semua orang
menyukainya , Rose yang paling berharga untuk Gary . Ia pun kini semakin tau ,
semakin sadar bahwa senyum , kecup , peluk Gary tak lagi untuknya , seutuhnya
semenjak Rose datang , 3 tahun yang lalu . Baginya , waktu 10 tahun mendapatkan
hati Gary masih tak berhasil , atau dapat tersimpul bahwa iapun telah tak
memiliki harapan lagi . Ia , tak akan memiliki Gary barang semenit pun .
END
Hai guys , memasuki bulan Ramadhan saya pemegang dan penguasa blog ini meminta maaf jika terjadi banyak kesalahan . Minal Aidzin Wal Faidzin .
Dan ini adalah post pertamaku setelah UN berakhir , test sekolah berakhir , dan berakhirnya kebersamaanku dengan laptobku yang hilang . Uhh...
Okay , so intinya just be have fun :)
*Eits, btw aku minta doanya guys . SUPAYA Bella Meyliana ketrima dan jadi siswa SmadaKediri ya , Amin. Thanks a lot terlah mampir ...