expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 15 Juni 2016

Time Short Love Story ( Fanfiction )



Tak bisakah ia kumiliki barang semenit pun ?

            Gadis pirang itu menautkan seluruh jemari lentiknya pada celah jari tangan seorang lelaki disampingnya . Sebuah senyum melengkung kaku hingga ia pun merasakan bagaimana sesuatu dalam dirinya tengah berhenti berdetak . Langit senja menampilkan sejuta pesona , sejuta perih dan kenang yang bertahun tahun mereka ukir . Berada dalam satu posisi yang tak mungkin untuk mereka pungkiri lagi . Sekuat apapun kau meronta , takdir tak kan bisa merubah bagaimana Tuhan menciptakan alur ini .
            Ausen meraih satu kotak berwarna merah hati polos dengan hiasan berbentuk bintang yang ia sematkan diujung dari dalam tas , pelan – pelan ia berhenti untuk memandangnya , sejenak sebelum ia serahkan pada lelaki itu . Gary—seorang pianis muda , berparas rupawan itu menoleh , Ausen segera menyodorkan kotak tersebut . Hatinya tak keruan ketika Gary mulai bertanya , membuka kotak itu kemudian tersenyum lembut padanya . Ia sungguh merasa gadis yang beruntung bisa berada disamping Gary .
            “ Kau tau , aku sedikit takut Gar.” Tutur Ausen
            “ Untuk apa ?” Satu alisnya terangkat
            “ Aku terlalu bodoh ataukah kau akan berpikir lain , kita berteman telah 10 tahun lamanya dan aku sama sekali belum pernah memberimu sebuah kado ”
            Gary terkekeh sebentar “ Kau itu bodoh , Sen.”
            “ Ya kau memang jahat , selalu mengataiku bod—”
            “ Kau memang bodoh.” Potongnya cepat “ Bahkan ketika dihari ulang tahunku , kaupun tak pernah memberiku sebuah kado.”
            “ Maaf .”
            Gary segera membalikan badan , berdiri dengan cepat sambil mengulurkan tangannya menghadap langit senja “ Jadi setelah ini apa ?”
            Untuk beberapa saat , Ausen merasa ia telah kalah telak . Gary selalu dapat menebak isi pikirannya . Dua hari yang lalu , ia masih terbaring lemah dalam rengkuhan kasur rumah sakit , kini ketika ia sadar , bahkan iapun masih tak berani untuk mengucapkan segalanya—semua tentang isi hati selama ini . Kau tau , persahabatan wanita dan pria ? tak akan berujung bahagia . Rengkuhan tubuh lelaki berpostur tinggi itu masih ia kenang , sebaik mungkin tak akan hilang . Segores senyum manisnya , bagaikan candu yang tak akan terobati , apapun . Kecup kening tiap pagi itu , yang selalu membuatnya semakin sakit itu , tak kan pernah menghentikan rasa dalam hatinya . Ausen menghela nafas kecil , berdampak pada tatapan mengintrogasi sang lelaki .
            “ Apa kau memikirkan sesuatu ? ” tanya Gary cepat
            Ausen menatapnya kalut “ Pernahkah kau memikirkanku?” matanya membulat
            “ Apa? ”
            Ausen menunduk cepat , kemudian menggeleng “ Tidak lupakanla—”
            “ Aku dengar,” sahut Gary , ia mendekat “ Tak pernahkah kau tau bahwa aku selalu memikirkanmu ,huh? ”
            Ausen terkejut “ Ak—”
            “ Kau kan tau bagaimana khawatirnya aku ketika mengetahuimu jatuh pingsan didalam mobil , bagaimana reaksiku melihatmu ditampar oleh ayahmu , bagaimana aku selalu menjadi yang pertama hadir ketika kau sedih , tak pernah ternilaikah untukmu Sen? ”
            Ausen hanya terdiam , ia meneguk salivanya kasar “ Terima kasih ” ucapnya singkat
            “ Lalu kenapa kau tetap bertanya ? ”
            Dengan ragu gadis berambut pirang itu menegakkan kepalanya , menatap penuh ketegaran pada lelaki tinggi dihadapannya “ Aku hanya ingin, tau Gar.”
            Lelaki itu mengacak ujung kepala Ausen singkat sembari tertawa renyah , memperlihatkan deretan gigi rapi yang membuat hatinya semakin lenyap “ Baiklah ini saatnya, telfon aku jika kau telah masuk kedalam bis.”
            Ausen mengdongak kembali “ Tak mengganggumu kah ? ”
            Gary tersenyum meremehkan “ Kau tau bagaimana dia kan”
            “ Aku akan membenahi kemejamu dulu , mendekatlah ” Ausen menepuk – nepuk permukaan kemeja biru kotak – kotak Gary , membenahi lipatan demi lipatan sehingga membuat khasirmanya semakin muncul “ Rambutmu berantakan ” ucap Ausen
            “ Benarkah ? ” Ia mengacak rambutnya , berusaha menata
            “ Kemari , memendeklah , kau itu terlalu tinggi bodoh! ”
            “ Kau saja yang tak bisa tumbuh. ” protes Gary ketika Ausen membenahi tatanan rambutnya
            “ Selesai ” Ausen hanya tersenyum
            “ Baik , saatnya aku pergi, ” Chu~ “ Telfon aku jika kau telah masuk bus, okay?” teriak Gary .
Lelaki itu berlari cepat , membelah angin senja ditaman , meninggalkan Ausen yang membeku senang dengan hati hancur sendirian usai  mendaratkan satu kecup manis dipipi kanan gadis itu . Masih dapat ia lihat , punggung tegap , tangan kekar yang melambai padanya , semakin jauh hingga akhirnya menghilang dibalik pohon taman . Gemercik suara air sungai terdengar , tak seirama dengan detak jantung Ausen . Gadis itu merapatkan kedua bibir , menghela nafas pendek diikuti sebulir tetes air mata yang jatuh . Ia pun semakin sadar , lelaki itu tak akan ia miliki , bayangnya pun hanya dapat ia pandangi . Rose gadis penuh kebahagiaan , gadis terberuntung yang pernah Ausen temui , cantik dan bertalenta , semua orang melihatnya , semua orang memujinya , semua orang menyukainya , Rose yang paling berharga untuk Gary . Ia pun kini semakin tau , semakin sadar bahwa senyum , kecup , peluk Gary tak lagi untuknya , seutuhnya semenjak Rose datang , 3 tahun yang lalu . Baginya , waktu 10 tahun mendapatkan hati Gary masih tak berhasil , atau dapat tersimpul bahwa iapun telah tak memiliki harapan lagi . Ia , tak akan memiliki Gary barang semenit pun .  







END




Hai guys , memasuki bulan Ramadhan saya pemegang dan penguasa blog ini meminta maaf jika terjadi banyak kesalahan . Minal Aidzin Wal Faidzin . 
Dan ini adalah post pertamaku setelah UN berakhir , test sekolah berakhir , dan berakhirnya kebersamaanku dengan laptobku yang hilang . Uhh...
Okay , so intinya just be have fun :)

*Eits, btw aku minta doanya guys . SUPAYA Bella Meyliana ketrima dan jadi siswa SmadaKediri ya , Amin. Thanks a lot terlah mampir ...